1. Tanda Titik Dua (:)
1)
Tanda titik dua dipakai pada akhir suatu
pernyataan lengkap yang diikuti rangkaian atau pemerian.
Contoh:
Kita sekarang memerlukan perabot rumah tangga: kursi, meja,
dan lemari.
Tanda titik dua tidak dipakai jika
rangkaian atau pemerian itu merupakan pelengkap yang mengakhiri pernyataan.
Contoh:
Kita memerlukan kertas, pensil, penghapus, dan penggaris
2)
Tanda titik dua dipakai sesudah kata atau
ungkapan yang memerlukan pemerian.
Contoh:
Ketua :
Fajar Santosa
Sekretaris :
Arina Pratiwi
Bendahara :
Wina Anggraini
3)
Tanda titik dua dipakai dalam naskah drama
sesudah kata yang menunjukkan pelaku dalam percakapan.
Contoh:
Ayah :
Bawa tas ini, Nak!
Ibnu :
Iya, Yah.
Ayah :
Letakkan dengan benar, ya?
4)
Tanda titik dua dipakai antara (a) jilid atau
nomor dan halaman, (b) bab dan ayat dalam kitab suci, (c) judul dan anak judul
suatu karangan, serta (d) nama kota dan penerbit buku acuan dalam karangan.
Contoh:
Intisari, XLIII:
No. 9/2014
Surah Ar-Rum: 21
Kumpulan Cerita
Pendek: Hujan Kepagian
Pedoman Umum
Pembentukan Istilah Edisi Ketiga, Jakarta: Jakarta Pusat.
2. Tanda Hubung (-)
1)
Tanda hubung menyambung suku-suku kata yang
terpisah oleh pergantian baris.
Contoh:
Sebagaimana peribahasa, tak ada ga-
ding yang tak retak.
2)
Tanda hubung menyambung awalan dengan bagian
kata yang mengikutinya atau akhiran dengan bagian kata yang mendahuluinya pada
pergantian baris.
Contoh:
Kini ada cara baru untuk meng-
ukur panas.
3)
Tanda hubung digunakan untuk menyambung
unsur-unsur kata ulang.
Contoh:
anak-anak
kuda-kuda
kekuning-kuningan
4)
Tanda hubung digunakan untuk menyambung
bagian-bagian tanggal dan huruf dalam kata yang dieja satu-satu.
Contoh:
9-2-2008
a-n-o-m-a-l-i
5)
Tanda hubung digunakan untuk merangkai:
a)
se-
dengan kata berikutnya yang diawali huruf kapital,
b)
ke-
dengan angka,
c)
angka dengan angka,
d)
kata atau imbuhan dengan singkatan yang berhuruf
kapital,
e)
kata ganti yang berbentuk imbuhan, dan
f)
gabungan kata yang merupakan kesatuan.
Contoh:
se-Kalimantan
Barat
peringkat ke-3
tahun 1920-an
hari-H
mem-PHK-kan
ciptaan-Nya
atas rahmat-Mu
Bandara
Soekarno-Hatta
Alat
pandang-dengar
6)
Tanda hubung dipakai untuk merangkai unsur
bahasa Indonesia dengan unsur bahasa asing.
Contoh:
di-mark up
di-blow up
3. Tanda Petik (“ “)
1)
Tanda petik digunakan untuk mengapit petikan
langsung yang berasal dari pembicaraan, naskah, atau bahan tertulis lain.
Contoh:
Ibu berkata, “Paman akan datang nanti sore.”
2)
Tanda petik digunakan untuk mengapit judul
puisi, karangan, atau bab buku yang dipakai dalam kalimat.
Contoh:
Sajak “Hujan di Bulan Juni” terdapat pada halaman 8 buku
itu.
3)
Tanda petik digunakan untuk mengapit istilah
ilmiah yang kurang dikenal atau kata yang mempunyai arti khusus.
Contoh:
Kakak suka memakai celana panjang yang dikenal dengan nama
“cutbrai”.
4. Tanda Pisah atau Aposisi (–)
1)
Tanda aposisi atau pisah digunakan untuk
membatasi penyisipan kata atau kalimat yang memberi penjelasan di luar bangun
utama kalimat.
Contoh:
Keberhasilan itu – saya yakin – dapat dicapai kalau kita
mau bekerja keras.
2)
Tanda aposisi atau pisah digunakan untuk
menegaskan adanya keterangan aposisi atau keterangan yang lain sehingga kalimat
menjadi lebih jelas.
Contoh:
Gerakan Pengutamaan Bahasa Indonesia – amanat Sumpah Pemuda
– harus terus ditingkatkan.
3)
Tanda aposisi atau pisah di antara dua bilangan,
tanggal, atau tempat dengan arti ‘sampai dengan’ atau ‘sampai ke’.
Contoh:
Tanggal 22 – 26 Desember 2016
Dari Sumbawa – Orong Telu ditempuhnya dengan truk.
Sumber:
Setiyaningsih,
Ika dan Meita Sandra Santhi. 2017. Detik-Detik
Ujian Nasional Bahasa Indonesia Tahun Pelajaran 2016/2017. Klaten: Intan
Pariwara.